Seorang anak yang lahir dari kedunia ibarat kertas putih yang masih
bersih. Tergantung siapa yang menorehkan warna dalam kertas itu dan bagaimana
cara orang lain memberikan warna disana. Anak-anak dibawah usia lima tahun juga
termasuk dalam masa Toodler (3-6 th). Saat ini anak mulai mengikuti rasa ingin
tahu terhadap kondisi disekitar. Tidak hanya pada benda yang dilihat dan
dipegang tetapi pada lingkungan sekitarnya. Saat tersebut anak mulai
mengeksplorasi dirinya. Awalnya sikap mereka sangat lucu dan menggemaskan
hingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang mempesona yang mempunyai kemauan
sendiri yang berbeda dari keinginan kedua orang tuanya.
Perkembangan anak juga tidak
selamanya konsisten dari waktu ke waktu. Sikap mereka yang aktif dan
semaunya tersebut terkadang membuat
orang tua harus bisa lebih sabar dalam menghadapi mereka. Mungkin diawal perkembangan anak bersikap
ceria, aktif, patuh dan periang dapat berubah menjadi egois, pemalu, penakut,
cengeng, mudah marah, pembangkang dan bahkan menjadi hiperaktif serta susah
diatur. Hingga tidak jarang orang tua menjadi kehilangan
kendali emosi hingga bertindak agresif pada anak seperti berteriak kasar,
mencubit dan memukul. Yang perlu dipahami bahwa anak-anak juga mengalami
perubahan tiap waktunya karena sama seperti orang dewasa mereka bukan individu
yang sempurna. Pembentukan karakter mereka yang dimulai dari usia dini juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan proses belajar mereka dalam lingkungan
keluarga.
Anak-anak pada fase ini secara kognitif (penalaran)
sudah mulai belajar untuk memahami aturan seperti benar salah, baik buruk, apa
yang boleh dilakukan apa yang tidak, tanggap dalam memahami perasaan sendiri,
mulai berbagi kepada orang lain dan belajar untuk bersosialisasi dengan
teman-teman disekitarnya. Anak mulai belajar untuk melakukan aktifitas
kebutuhan diri tanpa bantuan orang lain seperti memasang kancing baju, memakai
kaos kaki, menjangkau sesuatu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Hingga
sebagai orang tua harus memahami perkembangan dan perubahan yang terjadi pada
fase tersebut. Perubahan sifat yang terjadi pada anak adalah hal yang normal
dan dapat menyikapi hal tersebut dengan bijak sana dengan kesabaran.
Ada
beberapa sebab mengapa anak mengalami perubahan negatif pada diri mereka,
diantaranya :
- Mencari perhatian. Saat anak merasa dirinya diabaikan oleh orang tua entah karena orang tua sibuk bekerja, kehadiran bayi dalam keluarga atau orang tua kurang melibatkan anak maka sikap yang muncul adalah bersikap yang tidak biasanya.
- Power seeking, artinya anak ingin menang dari orang tua. Apabila anak menginginkan sesuatu ingin orang tuanya memenuhi permintaan mereka, biasanya disertai dengan mengancam.
- Tidak percaya diri dan putus asa. Anak yang sering disalahkan dan dimarahi bahkan dikritik didepan orang lain mengakibatkan anak menjadi frustasi dan akhirnya menjadi menarik diri dari lingkungan.
- Balas dendam. Apabila anak merasa sakit hati akibat perlakukan orang tua yang berlebihan seperti orang tua memarahi anak, dipukul maka tanpa disadari anak akan bertindak ingin membalas sakit hati mereka.
- Sikap orang tua yang cenderung membedakan perlakuan terhadap anak-anaknya akan membuat anak menjadi merasa tidak diinginkan apabila tidak menjadi seperti harapan orang tuanya.
- Contoh yang kurang baik dari orang tua hingga anak mengadopsi perilaku orang tuanya dan menampilkannya dalam tingkah laku sehari-hari.
Berikut
cara mengatasi anak yang sulit diatur :
- Terapkan pola asuh yang tepat dalam keluarga.
- Tentukan aturan dalam keluarga yang tidak boleh dilanggar. Apabila salah satu anggota melanggar berikan punishment yang sudah disepakati.
- Jelaskan pada anak tentang pentingnya mengikuti sebuah aturan atau sopan santun.
- Ubah perilaku orang tua yang kurang tepat didepan anak. Karena anak akan meniru perilaku orang tua serta berilah contoh yang baik pada anak.
- Apabila anda ingin melarang anak untuk melakukan sesuatu berikan penjelasan kepada anak agar mereka mengetahui alasanya.
- Jangan terlalu membatasi aktifitas anak (mengekang) atau banyak menggunakan kata “tidak boleh” karena anak akan merasa frustasi karena selalu dilarang. Selama hal itu tidak membahayakan diri beri kesempatan anak untuk melakukan yang disertai dengan pengawasan.
- Kendalikan emosi saat menemukan akan melakukan sesuatu yang tidak biasanya. Jangan berkata dengan intonasi tinggi apalagi melakukan kekerasan fisik pada anak namun rangkul anak dan ajak diskusi untuk mendengarkan penjelasnya.
- Jangan bersikap menghakimi ketika anak melakukan kesalahan.
- Berikan pujian pada anak apabila anak melakukan kebaikan atau hal terpuji. Kerena penghargaan seperti itu dapat menumbuhkan sikap positif dalam pembentukan karakter anak.
- Jangan mengungkit kesalahan yang sudah dilakukan atau memberikan label pada anak dengan tindakan negatif yang sudah dilakukan karena hal itu akan melekat dalam diri anak dan tanpa disadari anak bertingkah laku seperti label tersebut.
Oleh :
Patria Rahmawaty, S.Psi., M.MPd., Psikolog