Hadiah yang Sesuai Untuk Anak


(Image by Shutterstock)
Setiap orang tua ingin memberikan hadiah bagi anak-anaknya agar mereka merasa senang. Baik saat anak mendapatkan prestasi, atau pun saat anak telah melakukan sesuatu yang membanggakan orang tua serta saat anak berperilaku sesuai harapan orang tuanya. Meskipun dalam memberikan reward tersebut tidak selama nya sesuai dengan dengan apa yang anak butuhkan. Bahkan ada pula orang tua yang memberikan hadiah hanya karena tanpa adanya alasan yang jelas seperti prestise belaka. Biasanya reward (hadiah) diberikan sebagai wujud apresiasi orang tua terhadap perilaku baik dari anak dan hal itu dilakukan untuk memotivasi anak agar mengulang perilaku positif atau hal baik yang telah dilakukan. Pemberian reward tersebut sebagai proses belajar anak agar mereka memahami bahwa apabila melakukan hal positif akan mendapatkan ganjaran demikian pula saat anak melakukan perilaku buruk akan mendapatkan hukuman sebagai imbalannya yang bertujuan agar mereka jera dan tidak mengulangi perilaku yang negative tadi.
Dalam proses belajar reward dan punishment adalah hal yang biasa dilakukan selama masih sesuai dengan perkembangan anak dan kebutuhannya. Selama diberikan pada waktu yang tepat. Namun kenyataannya ada pula orang tua kurang  sesuai dalam menentukan reward maupun punishment  yang akhirnya hal itu tidak merupakan proses belajar bagi anak. Seperti dalam pemberian punishment  dimana masih dijumpai perilaku orang tua yang menekankan hukuman fisik bagi anak-anaknya. Hingga hukuman yang diberikan tidak menimbulkan efek jera hanya menimbulkan rasa malu sesaat dan kemudian terjadi pengulangan lagi. 
Saat ini marak terjadi disekitar kita bahwa orang tua memberikan reward sebagai bentuk prestise atas status social yang mereka miliki agar dianggap mampu atau menyayangi anak mereka. Sepert  pemberian gadget dan kendaraan bagi anak-anak yang belum cukup umurnya. Anak pra sekolah diberikan gadget canggih hanya sekedar untuk bermain games dan memberikan kendaraan saat anak mereka masih berada dibangku sekolah menengah pertama. Sementara hal tersebut belum saatnya mereka miliki. Karena pemberiaan kendaraan bagi anak dibawah umur kurang tepat. Untuk memperoleh ijin mengemudi saja harus berusia 18 tahun. Hal tersebut  kurang sesuai  apabila diterapkan sebagai proses belajar dalam pemberian reward. Terlebih lagi apabila orang tua memberikan kendaraan tersebut hanya karena ikut-ikutan teman atau karena anak merasa membutuhkan sebagai alat transportasi kesekolah.
Pemberian reward berupa kendaraan kepada anak dibawah umur dapat memberikan dampak psikologis tertentu, mengingat pada usia tersebut kondisi emosional mereka masih labil, besarnya pengaruh teman membuat mereka terkadang mengikuti apa yang kelompoknya lakukan, adanya keinginan untuk menonjolkan kemampuan mereka dijalanan sebagai bentuk kedewasaan yang kurang tepat seperti kebut-kebutan atau balapan liar, anak masih belum sepenuhnya bisa bertanggung jawab, serta anak-anak dibawah usia ini cenderung mengutamakan ego sendiri dalam mempersepsikan sesuatu yang menurutnya benar. Tindakan yang dilakukan kurang dipertimbangkan dengan baek. Selain itu anak dapat menyalah gunakan fungsi kendaraan tersebut bukan sebagai alat transportasi untuk kesekolah melainkan untuk kegiatan lain.
Jika ternyata orang tua sudah memberikan anak kendaraan sebagai alat transportasi maka mereka harus mempertimbangkan banyak hal. Seperti semacam perjanjian yang harus disepakati oleh anak dan orang tua. 1)Anak harus mempunyai surat ijin mengemudi terlebih dahulu sebagai legalitas hokum yang telah teruji, 2)kapan menggunakan kendaraan, hanya untuk kesekolah saja atau bagaimana, 3) anak diberikan tanggung jawab pada perawatan kendaraan termasuk dalam mengisi bahan bakar dan apabila terjadi kerusakan, 4)orang tua harus mengawasi dalam hal pemberian uang saku dan penggunaannya, bila perlu orang tua menekankan bahwa uang untuk membeli bahan bakar berasal dari uang saku yang diberikan hingga anak tidak meminta setiap hari, 5)orang tua harus memberikan pengetahuan kepada anak tentang peraturan lalu lntas dijalan raya, 6)  sebaiknya orang tua benar-benar yakin bahwa anaknya mahir dalam berkendara bila perlu orang tua  dibonceng atau sebagai pendamping oleh anak untuk mengetahui kepiawaiannya berkendara dijalan, 7) orang tua harus mengingatkan pada anak untuk dapat mengendalikan emosional saat dijalan raya tujuannya agar anak tidak mudah terpengaruh oleh kondisi djalan raya, 8) jangan menggunakan telepon atau gadget saat berkendara.
 Sebagai contohnya  saat ini ada fenomena kebiasaan pada anak-anak dibawah umur yang sudah menggunakan kendaraan bermotor sering melaju dengan kecepatan tinggi kemudian sambil  mengemudi mendokumentasikan pada bagian penunjuk kecepatan (speedometer) yang kemudian mereka sharing pada teman-temannya di jejaringan social hingga ada keinginan untuk saling berlomba. Kondisi ini menunjukan bahwa tingkat kematangan emosional merupakan factor utama yang harus diperhatikan sebelum memberikan hadiah berupa kendaraan bermotor pada anak. Karena apabila hal itu tidak ditekankan dapat mengakibatkan kecelakaan dijalan raya. Mengingat kematangan emosional yang labil serta kemahiran berkendara yang  minim dapat berakibat fatal. Hendaknya orang tua benar-benar bijaksana untuk menentukan waktu yang tepat bagi anak dalam memberikan ijin berkendara dengan penuh tanggung jawab dan kematangan emosional serta kemampuan yang mahir. Karena pemberian reward yang kurang tepat dapat memberikan dampak psikologis yang negatif bagi perkembagan mereka selanjutnya.

Oleh: Patria Rahmwaty,S.Psi., M.MPd, Psikolog

Tags :
Biro Psikologi Balikpapan
Jasa Konsultasi Psikologi Balikpapan
Jasa Konsultasi
Biro Psikologi Balikpapan
Biro Belvalina Balikpapan