Setiap orang
tua ingin memberikan hadiah bagi anak-anaknya agar mereka merasa senang. Baik
saat anak mendapatkan prestasi, atau pun saat anak telah melakukan sesuatu yang
membanggakan orang tua serta saat anak berperilaku sesuai harapan orang tuanya.
Meskipun dalam memberikan reward tersebut tidak selama nya sesuai dengan dengan
apa yang anak butuhkan. Bahkan ada pula orang tua yang memberikan hadiah hanya
karena tanpa adanya alasan yang jelas seperti prestise belaka. Biasanya reward
(hadiah) diberikan sebagai wujud apresiasi orang tua terhadap perilaku baik
dari anak dan hal itu dilakukan untuk memotivasi anak agar mengulang perilaku
positif atau hal baik yang telah dilakukan. Pemberian reward tersebut sebagai
proses belajar anak agar mereka memahami bahwa apabila melakukan hal positif
akan mendapatkan ganjaran demikian pula saat anak melakukan perilaku buruk akan
mendapatkan hukuman sebagai imbalannya yang bertujuan agar mereka jera dan
tidak mengulangi perilaku yang negative tadi.
Dalam proses
belajar reward dan punishment adalah hal yang biasa dilakukan selama masih
sesuai dengan perkembangan anak dan kebutuhannya. Selama diberikan pada waktu
yang tepat. Namun kenyataannya ada pula orang tua kurang sesuai dalam menentukan reward maupun
punishment yang akhirnya hal itu tidak
merupakan proses belajar bagi anak. Seperti dalam pemberian punishment dimana masih dijumpai perilaku orang tua yang
menekankan hukuman fisik bagi anak-anaknya. Hingga hukuman yang diberikan tidak
menimbulkan efek jera hanya menimbulkan rasa malu sesaat dan kemudian terjadi
pengulangan lagi.
Saat ini
marak terjadi disekitar kita bahwa orang tua memberikan reward sebagai bentuk
prestise atas status social yang mereka miliki agar dianggap mampu atau menyayangi
anak mereka. Sepert pemberian gadget dan
kendaraan bagi anak-anak yang belum cukup umurnya. Anak pra sekolah diberikan
gadget canggih hanya sekedar untuk bermain games dan memberikan kendaraan saat
anak mereka masih berada dibangku sekolah menengah pertama. Sementara hal
tersebut belum saatnya mereka miliki. Karena pemberiaan kendaraan bagi anak
dibawah umur kurang tepat. Untuk memperoleh ijin mengemudi saja harus berusia
18 tahun. Hal tersebut kurang sesuai apabila diterapkan sebagai proses belajar dalam
pemberian reward. Terlebih lagi apabila orang tua memberikan kendaraan tersebut
hanya karena ikut-ikutan teman atau karena anak merasa membutuhkan sebagai alat
transportasi kesekolah.
Pemberian
reward berupa kendaraan kepada anak dibawah umur dapat memberikan dampak
psikologis tertentu, mengingat pada usia tersebut kondisi emosional mereka
masih labil, besarnya pengaruh teman membuat mereka terkadang mengikuti apa
yang kelompoknya lakukan, adanya keinginan untuk menonjolkan kemampuan mereka
dijalanan sebagai bentuk kedewasaan yang kurang tepat seperti kebut-kebutan
atau balapan liar, anak masih belum sepenuhnya bisa bertanggung jawab, serta
anak-anak dibawah usia ini cenderung mengutamakan ego sendiri dalam
mempersepsikan sesuatu yang menurutnya benar. Tindakan yang dilakukan kurang
dipertimbangkan dengan baek. Selain itu anak dapat menyalah gunakan fungsi
kendaraan tersebut bukan sebagai alat transportasi untuk kesekolah melainkan
untuk kegiatan lain.
Jika ternyata
orang tua sudah memberikan anak kendaraan sebagai alat transportasi maka mereka
harus mempertimbangkan banyak hal. Seperti semacam perjanjian yang harus
disepakati oleh anak dan orang tua. 1)Anak harus mempunyai surat ijin mengemudi
terlebih dahulu sebagai legalitas hokum yang telah teruji, 2)kapan menggunakan
kendaraan, hanya untuk kesekolah saja atau bagaimana, 3) anak diberikan
tanggung jawab pada perawatan kendaraan termasuk dalam mengisi bahan bakar dan
apabila terjadi kerusakan, 4)orang tua harus mengawasi dalam hal pemberian uang
saku dan penggunaannya, bila perlu orang tua menekankan bahwa uang untuk
membeli bahan bakar berasal dari uang saku yang diberikan hingga anak tidak
meminta setiap hari, 5)orang tua harus memberikan pengetahuan kepada anak
tentang peraturan lalu lntas dijalan raya, 6)
sebaiknya orang tua benar-benar yakin bahwa anaknya mahir dalam berkendara
bila perlu orang tua dibonceng atau
sebagai pendamping oleh anak untuk mengetahui kepiawaiannya berkendara dijalan,
7) orang tua harus mengingatkan pada anak untuk dapat mengendalikan emosional
saat dijalan raya tujuannya agar anak tidak mudah terpengaruh oleh kondisi
djalan raya, 8) jangan menggunakan telepon atau gadget saat berkendara.
Sebagai contohnya saat ini ada fenomena kebiasaan pada anak-anak
dibawah umur yang sudah menggunakan kendaraan bermotor sering melaju dengan
kecepatan tinggi kemudian sambil mengemudi
mendokumentasikan pada bagian penunjuk kecepatan (speedometer) yang kemudian
mereka sharing pada teman-temannya di jejaringan social hingga ada keinginan untuk
saling berlomba. Kondisi ini menunjukan bahwa tingkat kematangan emosional
merupakan factor utama yang harus diperhatikan sebelum memberikan hadiah berupa
kendaraan bermotor pada anak. Karena apabila hal itu tidak ditekankan dapat
mengakibatkan kecelakaan dijalan raya. Mengingat kematangan emosional yang
labil serta kemahiran berkendara yang
minim dapat berakibat fatal. Hendaknya orang tua benar-benar bijaksana
untuk menentukan waktu yang tepat bagi anak dalam memberikan ijin berkendara
dengan penuh tanggung jawab dan kematangan emosional serta kemampuan yang
mahir. Karena pemberian reward yang kurang tepat dapat memberikan dampak
psikologis yang negatif bagi perkembagan mereka selanjutnya.
Oleh: Patria Rahmwaty,S.Psi., M.MPd, Psikolog
Tags :
Biro Psikologi Balikpapan
Jasa Konsultasi Psikologi Balikpapan
Jasa Konsultasi
Biro Psikologi Balikpapan
Biro Belvalina Balikpapan