"Peran Kita" Dalam Memperingati Hari Anak Nasional



(Image by caramembuka.com)


Hari Anak Nasional yang selalu hadir pada tanggal 23 Juli harusnya menjadi salah satu cara untuk mencari feed back terhadap usaha atau cara yang sudah dilakukan untuk menjadikan anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Ini tidak hanya dilakukan oleh instansi pendidikan saja namun juga dari lingkungan terkecil dalam sosial masyarakat yaitu keluarga yang sangat dekat kehidupan anak-anak sehari. Karena proses belajar yang pertama kali dialami anak adalah melalui keluarga. Dari keluarga mereka belajar tentang etika yang ada dilingkungan sosial, melalui keluarga pula mereka mengenal tentang pendidikan agama dan juga tentang pertumbuhan fisik mereka.

Hanya saja saat ini lingkungan sosial masyarakat yang ada sering memberikan dampak yang kurang sesuai dengan perkembangan usia mereka. Minimnya sarana bermain di taman atau lapangan, pengaruh media massa yang memberikan pembelajaran yang kurang sesuai bahkan tingginya tingkat kriminalitas membuat para orang tua merasa khawatir tentang pergaulan anak-anaknya diluar lingkungan rumah. Terlebih lagi untuk pengaruh teknologi yang makin canggih membuat orang tua berusaha mencari pengasuhan yang tepat untuk anak-anak mereka.

Sebenarnya orang tua berusaha memberikan yang terbaik dalam proses pengasuhan hanya saja kurang disesuaikan dengan beberapa aspek yang dapat membuat pengasuhan itu menjadi optimal.Ada baiknya dalam menentukan pola pengasuhan sebaiknya masing-masing pasangan mendiskusikan terlebih dahulu agar tidak menjadi pertentangan saat menerapkan pada anak-anak mereka. Ada beberapa jenis pola asuh yang sering digunakan, diantaranya :
1. Permisif, yaitu orang tua cenderung membiarkan anak tanpa disertai dengan kontrol dan pengawasan hingga anak cenderung dibiarkan melakukan sendiri serta komunikasi yang dilakukan sangat terbatas.
2. Otoriter, yaitu orang tua cenderung mendikte, harus melakukan yang menjadi keinginan orang tua, adanya batasan dalam melakukan sesuatu, perilaku anak selalu diawasi dan komunikasi yang dilakukan selalu satu arah, anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat.
3. Demokratis, yaitu pengasuhan orang tua yang berusaha melibatkan anak, artinya ada komunikasi, anak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, ada kepercayaan terhadap anak untuk dapat bersikap bertanggung jawab, dalam memberikan aturan orang tua menjelaskan alasannya.

Untuk menerapkan dalam kesehariannya orang tua tidak hanya menggunakan satu jenis pola asuh saja namun merupakan kombinasi dari beberapa jenis pola asuh yang ada. Orang tua juga harus memahami karakter dari anak-anak mereka karena adakemungkinan dalam menerepakan jenis pola asuh antara satu anak dengan anak yang lain mengalami perbedaan. Selain itu harus disesuaikan dengan keadaan/jaman sekarang. Dimana orang tua tidak hanya mengadaposi dari pengalaman mereka saat menjadi anak-anak namun juga melihat perkembangan jaman yang sudah berbeda. Apalagi untuk kondisi saat ini yang merupakan era globalisasi dengan berbagai macam kemahiran teknologi yang dulu belum ada. Macem-macem gadget yang bermunculan, media massa, pergaulan yang beragam dan kriminalitas oleh anak remaja meruapakan persoalan tersendiri yang harus dihadapi oleh orang tua bahkan para pendidik dan pemerhati anak. Justru orang tua harus membantu anak dalam emnemukan proses pengenalan dirinya agar anak memahami karakter pribadi baik kelemahan maupun kelebihan yang dimiliki. HIngga ia dapat mengembangan diri sesuai dengan kemampuan yang ada tanpa perasaan minder dan tertekan atau dipaksa dan mudah dipengaruhi oleh orang lain hingga akhirnya dapat memberikan pengaruh negative bagi dirinya.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam proses pengasuhan anak-anak, diantaranya :

  • Tentukan aturan yang harus dipatuhi dan dipahami oleh masing-masing anggota keluarga. Bila perlu terdapat punishment apabila aturan tersebut dilanggar.
  • Diskusikan dengan pasangan mengenai pola pengasuhan yang akan diterapkan dalam keluarga serta sejauh mana ayah dan ibu terlibat.
  • Kenali dan pahami dengan baik karakter masing-masing anak-anak hingga dapat menerapkan pengasuhan yang sesuai dengan kepribadian anak.
  • Kenalkan dan berikan pendidikan agama sedini mungkin dan jelaskan pada anak pentinganya keimanan karena ini merupakan filter dan benteng agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negative.
  • Ada kala bertindak tegas namun tidak menerapkan hukuman fisik. Menerapkan disiplin tidak harus dengan kekerasan.
  • Bangun komunikasi secara efektif pada anak. Artinya sering bertanya mengenai keadaan mereka tanpa terkesan mengintimidasi atau mengawasi.
  • Apabila anak melakukan kesalahan ajak bicara/diskusi baik-baik.
  • Jangan marahi anak dihadapan teman-temannya hal itu akan menjatuhkan harga diri anak hingga anak tidak lagi percaya pada orang tua dan ia merasa dipermalukan.
  • Apabila anak dihukum jelaskan mengapa itu terjadi.
  • Luangkan waktu untuk bercerita atau mendengarkan apa yang ingin disampaikan.
  • Cobalah Tanya bagaimana perasaan anak saat ia kembali dari sekolah, apakah senang atau dalam keadaan tertekan.
  • Jangan ejek atau hakimi anak apabila ia mengungkapkan kesalahan yang dilakukan namun hargai keberanian dan kejujurannya.
  • Kenali dengan siapa anak  bergaul bila perlu orang tua menjadi teman bagi anak-anaknya.
  • Berikan kesempatan pada anak untuk menggali potensi diri dan menemukan bakatnya hingga ia dapat mengasah ketrampilan diri yang kelak dapat menjadi pendukung keberhasilan mereka. Salah satunya dalam membentuk soft skill diri mereka.
  • Jalin komunikasi dan hubungan sosial yang baik dengan lingkungan tempat tinggal agar dapat memberikan contoh pada anak bagaimana pergaulan yang baik.


Pendidikan apapun tidak ada yang instant semua butuh watu dan proses. Dalam proses teresebut akan menemukan banyak hambatan namun apabila kita mau belajar dan berdiskusi maka hambatan tersebut akan mudah diatasi. Terutama dalam pengasuhan anak-anak. Anak-anak bukan orang dewasa dalam tubuh kecil namun ia mempunyai pikiran dan pemahaman sendiri sesuai dengan perkembangannya. Ajak mereka diskusi dan dengarkan pendapatnya akan membantu dalam membentuk sikap asertfi yang membuat dirinya memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat.



Oleh : Patria Rahmawaty, S.Psi, M.MPd, Psikolog

Tags :
Biro Psikologi Balikpapan
Jasa Konsultasi Psikologi Balikpapan
Jasa Konsultasi
Biro Psikologi Balikpapan

Biro Belvalina Balikpapan